Kisah Nelayan Pemburu Mayat di China

Selasa, 24 Desember 2013 0 komentar






Seorang nelayan di China punya pekerjaan yang mungkin menakutkan bagi banyak orang. Dia menebar jala ke sungai, tapi bukan untuk menangkap ikan, melainkan menjerat mayat manusia.

Mayat-mayat yang ditangguk di sungai itu, lalu dijual ke keluarga bersangkutan. Pekerjaan itu dilakukan oleh Wei Xinpeng di Sungai Kuning.

Wei, seperti diungkapkan oleh laman BBC, kerap memulai harinya dengan nongkrong sambil merokok di tepi sungai. Matanya mengamati air Sungai Kuning yang keruh. Dia yakin, sungai itu pasti selalu menyimpan mayat manusia, entah korban kecelakaan, dibunuh, atau pun bunuh diri.

Lelaki 55 tahun itu seperti hafal aliran sungai, dan dia jeli melihat ke mana arus membawa mayat-mayat yang tenggelam di sungai itu. Biasanya, Wei mendayung perahunya ke dekat satu jambatan kecil di hilir. Di sana, biasanya mayat "parkir" sebentar, kerana tersangkut di celah besi jambatan.

Dalam tujuh tahun terakhir, mencari mayat kini adalah kegiatan rutin Wei. Dia menjual temuannya itu ke keluarga mayat bersangkutan. “Saya memberi penghargaan kepada si mayat,” ujarnya seperti dilansir dari laman BBC, snin 22 November 2010.

Wei mengaku telah mengumpulkan sebanyak 500 mayat dari dasar sungai. “Orang-orang ini mati dengan cara menyedihkan,” ujar Wei.

Dia mengumpulkan mayat yang ditemuinya itu di satu teluk kecil yang tak tersentuh arus. Mayat-mayat beragam bentuk itu dihimpun di sana. BBC melaporkan, di teluk kecil itu ada empat mayat yang tubuhnya telah kaku, dengan kepala tertelungkup ke bawah.

Setiap kali berhasil menangguk mayat, Wei mengumumkannya di akhbar tempatan. Dia menyebut ciri fisik mayat itu, sehingga keluarga yang bersangkutan dapat segera mengenalinya. Biasanya, kerabat si mayat akan menelepon Wei, dan meminta dihantarkan ke tempat dia menyimpannya.

Wei membawa keluarga  si mayat ke teluk kecil itu. Dia memasang sedikit tarif untuk jasa membalikkan tubuh si mayat agar wajahnya dapat terlihat. Jika keluarga mayat ingin membawanya pulang, maka mereka harus membayar wang tebusan   lebih dari US$500.
 
Wei mengatakan, selama ini dia telah menjual sekitar 40 mayat. Tapi terkadang, keluarga mayat enggan membayar, dan pulang tanpa membawa jenazah yang ditemukan Wei. “Satu kali orang tua mencari anaknya. Mereka melihat sebentar, lalu pergi tanpa berkata apa-apa. Mereka tak membawanya pulang,” ujar Wei.

Jika sudah begini, Wei terpaksa harus menguburkan mayatnya secara pantas. Soalnya, pemerintah akan membiarkan mayat temuannya membusuk tanpa melakukan apapun.

Wei mengatakan apa yang dia lakukan bukan semata-mata kerana wang, tapi kerana alasan lebih pribadi.

Dia pun berkisah. Pekerjaan ini, kata Wei, bermula dari usahanya untuk mencari anaknya sendiri, yang tenggelam di Sungai Kuning.
“Anak saya tenggelam di sungai ini dan saya tidak dapat menemukan mayatnya. Sangat menyakitkan. Itu sebabnya saya melakukan pekerjaan ini,” ujar Wei.
sumber:VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Bodor = Lawak